BOOKING TIKET PESAWAT

perdebatan

perdebatan. Info sangat penting tentang perdebatan. Mengungkap fakta-fakta istimewa mengenai perdebatan

perdebatan. Pulau Bunyu Kalimantan Timur. Debat antar para calon presiden dan calon wakil presiden yang ditayangkan di layar kaca beberapa hari lalu mungkin sempat menjadi acara televisi yang paling ditunggu-tunggu. Hampir setiap orang Indonesia ingin melihat kemampuan para calon pemimpinnya dalam menghadapi tekanan dari pertanyaan-pertanyaan yang tertuju pada mereka. Bagaimana cara mereka menjawab, bagaimana cara mereka meyakinkan audiens bahwa jawaban mereka memang benar, sekaligus membuat sang rival mengiyakan atas jawaban yang diungkapkan. Itulah yang sedang ditunggu. Konon, untuk menyelenggarakan acara debat ini, sudah menelayan biaya sebanyak 750 juta rupiah.

Secara pribadi dan sebagai warga negara Indonesia, saya, mungkin Anda juga, hanya berharap semoga uang sebanyak itu tidak menjadi sia-sia. Semoga beberapa hari yang lalu itu kita semua tidak sedang sekedar menonton sebuah aksi panggung belaka. Tidak sekedar menyaksikan para aktor dan aktris yang sedang memerankan tokoh dari skenario yang mereka susun sendiri. Setelah turun dari panggung, mereka bisa memerankan tokoh yang asli. Aksi panggung sudah selesai.

"Cerdas Cermat Para Kandidat"

Penampilan calon wakil presiden lebih menarik ketimbang calon presidennya. Paling tidak, itulah yang terjadi di mimbar debat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Meskipun masih menggunakan format "cerdas cermat", debat putaran kedua yang dilakukan calon wakil presiden itu lebih punya gereget dibandingkan dengan debat calon presiden pada putaran pertama yang datar.

"Debat kedua lebih bernyawa dan lebih hidup," ujar anggota KPU, I Gusti Putu Artha, usia menyaksikan debat calon wakil presiden di studio SCTV, Senayan City, Jakarta Selatan, Selasa lalu.

Di mimbar debat publik itu, para kandidat wakil presiden berani beda pendapat dengan rivalnya. Bahkan Wiranto tercatat tiga kali tidak sependapat dengan Boediono. "Saya tidak sependapat dengan Pak Boediono. Apa yang disampaikan masih bersifat normatif dan nilai praktisnya membingungkan," kata Wiranto, menanggapi pernyataan Boediono tentang posisi agama dalam dunia politik.

Boediono berpendapat, agama tidak boleh menjadi unsur dalam politik praktis. "Agama itu mulia dan tidak boleh dijadikan elemen praktis, harus di atas politik praktis," katanya. Gagasan Boediono itu, menurut Wiranto, tidak kongkret. Wiranto menilai, agama harus dijadikan spirit untuk membangun kehidupan politik. "Agama bisa diambil untuk membangun etika politik. Jangan sampai di politik hanya BTN, bohong, tega, dan nipu," ujarnya.

Mendengar sanggahan itu, Boediono hanya menebar senyum penuh arti. Tentang perekat bangsa, Boediono mengacu pada Pancasila, sedangkan Wiranto berpegang pada Sumpah Pemuda. Tentang bencana alam, menurut Boediono, harus mempertimbangkan berbagai kondisi, termasuk kondisi alam.

Wiranto menegaskan, jika sekali terjadi, itu musibah. "Dua kali, kelalaian. Tetapi, kalau lebih dari itu, pembiaran," kata Wiranto, disambut tepuk tangan gemuruh. Debat calon wakil presiden memang lebih hidup daripada debat calon presiden. Debat calon presiden yang dipandu Anis Baswedan, Rektor Universitas Paramadina, banyak menuai kritik. Sebab format debat itu dianggap tidak lebih dari acara cerdas cermat.


BOOKING TIKET PESAWAT
Powered By : Blogger